Selasa, 02 Maret 2021

MENGANGKAT SARANG GURAMEH


Sarang  gurameh biasanya terbuat dari bahan  ijuk/serabut kelapa/sampah berbentuk bulat telor sebesar bola kaki.  Biasanya berada 5 cm  dibawah  permukaan  air, jika telah berisi telor akan ditutup  rapat.  Penggantian air dilakukan secara rutin agar telur-telur  menetas  dengan  sempurna  dan  telur  yang  tidak  menetas  segera dikeluarkan.

Alat pengambilan Telor :

1.             Ember/bokor diameter 50cm

2.             Skoop net/seser

3.             Gayung

4.             Sendok plastic

5.             Gunting/cuter

 

Cara Pengambilan Telur

1.     Sarang sebaiknya diambil maksimal 4 hari setelah pemijahan, yaitu sebelum telur menetas dan keluar ekor, hal ini untuk menghindari ekor patah atau bengkok.

2.     Masukan ember/bokor ke dalam kolam tepat dibawah sarang gurameh.

3.     Gulingkan sarang ke arah ember/ bokor pelan – pelan dengan posisi sarang  menghadap  ke  atas.

4.     Angkat bokor berisi sarang bersama airnya ke tepi kolam.

5.     Bila ada yang tercecer di kolam, telur diambil dengan menggunakan scope net dimasukan wadah.

6.     Tenggelamkan sarang kemudian perlahan-lahan tutup sarang dibuka menggunakan gunting, maka telur-telur akan keluar dan mengambang dipermukaan air.

7.     Telur yang baik berwarna bening dan mengapung di permukaan air.

8.     Kumpulkan telur yang mengapung dengan menggunakan gayung/piring atau sendok plastik untuk dipindahkan ke wadah yang telah diisi air bersih yang sudah diendapkan.

9.     Bersihkan minyak, lemak, telur mati dari ember.

10.  Bawa telur ke ruang penetasan

11.  Larva-larva yang telah mati harus secepatnya dibuang

12.  Bilas sampai bersih dari kotoran dan lemak atau minyak dengan cara menguras air menggunakan selang yang ujungnya diberi penyaring, setelah air tersisa 20% kemudian ditambah dengan air jernih dan telah dikondisikan, lakukan berulang – ulang hingga air jernih dan bersih.

13.  Bubuhkan beberapa tetes anti bakteri methylene blue

 

 

 

Jumat, 17 April 2015

Pembenihan atau Pendederan Ikan Gurameh



Pembenihan atau Pendederan Ikan Gurameh
Pembenihan adalah pemeliharaan gurami setelah lepas masa pemeliharaan Iarva. Masa lepas larva yang baik antara 1 -1,5 bulan dengan bobot sekitar 100-500 mg. Dalam pola segmentasi atau pemilahan usaha gurami, masa pembenihan ini dilakukan saat bobot ikan mencapai sekitar 50 g.
Berdasarkan kebutuhan pasar, bobot awal pembenihan dipengaruhi oleh target bobot yang diinginkan untuk dijual. Benih yang di jual di pasarkan memiliki umur yang beragam, dari benih berumur 2 minggu hingga benih berumur 3,5 bulan. Untuk menggambarkan ukuran benih berdasarkan umurnya, para petani sering mengadopsi benda-benda disekitarnya, seperti biji oyong, kuku kelingking, silet, dan korek.




Pendederan Gurameh

Pendederan adalah tahap pemeliharaan benih gurami pada usia 11 hari sejak telor menetas atau ukuran 0,5 cm dengan berat 0,5gram sampai menjadi ukuran bungkus rokok dengan berat 200-250 gram dan telah siap pada tahap berikutnya yaitu pembesaran. Benih/larva gurameh adalah telur ikan gurameh yang menetas (2 hari sejak pembuahan/pemijahan) hingga berumur sekitar 10 hari sejak penetasan.  Cadangan makanan atau kuning telur (yolk) yang ada diperut larva pada usia 11 hari mulai habis, dilanjutkan dengan pemeliharaan pendederan pertama.
Benih ikan gurame untuk mencapai ukuran tertentu mempunyai periode hidup yang cukup panjang yaitu dari usia 20 hari – 160 hari. Maka untuk mempermudah dan mempercepat usia panen, pendederan benih gurameh dibagi ke dalam 5 tahapan pendederan.  Pada setiap tahapan bibit gurame dilakukan pemindahan dari kolam satu ke kolam tahapan berikutnya, dengan kata lain setiap pemeliharaan telah mencapai masa panen atau telah mencapai ukuran tertentu maka sebaiknya segera dilakukan pemanenan dan dimasukan ke kolam tahap berikutnya.  Tentunya sebelum melakukan pemanenan sebaiknya kolam yang akan digunakan sebagai pendederan tahap berikutnya telah dipersiapkan terlebih dahulu secara optimal, kecuali akan langsung dijual.  Alasan budidaya ikan gurami dibagi dalam tahapan tersebut diatas adalah :

  1. Membudidayakan ikan gurami sejak telor sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama minimal 8 bulan, sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
  2. Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi.
  3. Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh.
  4. Mempersingkat masa panen .
  5. Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai.
  6. Menurunkan resiko kegagalan panen

Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan gurami b iasanya tahapan-tahapan itu disebut dengan istilah pendederan 1 s/d 5.:

1)     Pendederan 1 (D1)
Pendederan 1 yaitu pemeliharaan benih gurameh dari usia 11 hari sejak menetas hingga usia 1 bulan sejak penebaran.  Benih pada usia 11 hari telah lincah dan peka terhadap perubahan cahaya mempunyai berat 0,5 gram dan panjang 0,5cm, setelah pemeliharaan 1 bulan dapat mencapai berat 1 gram panjang 1 – 2 cm (gabah/oyong). Tinggi Air 30-50 cm Padat Tebar 60-100 ekor/m2 Jenis pakan : Pakan alami (zooplanton), tubifex,, moina/kutu air, tepung ikan atau pelet tepung halus, pemberian pakan pellet 20% bobot biomass, frekuensi pemberian 6 kali/hari.
Untuk meningkatkan ketahanan atau kekebalan tubuh benih terhadap hama dan penyakit tertentu larva ikan gurame perlu diberikan vaksinasi. Vaksinasi dapat dilakukan pada benih gurame yang berumur lebih dari 2 minggu. Jenis vaksin yang dapat digunakan misalnya Septicaemia haemorrhagica yang memberikan kekebalan aktif terhadp penyakit bercak merah yang disebabkan Aeromonas hydropila. Caranya benih gurame direndam dalam larutan vaksin selam 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin dicampur dalam 10 l air untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu memberikan kekebalan selama 4 bulan dengan masa inkubasi 15 hari.
 
2)     Pendederan 2 (D2)
Pendederan 2 adalah pemeliharaan benih setelah melewati fase pendederan 1, yaitu pemeliharaan benih sejak ukuran 2cm dengan berat 1 gram hingga mencapai ukuran 2 – 4 cm (kuku) dengan berat 5 gram selama 1 bulan.  Tinggi Air kolam 40 – 50 cm.  Padat tebar 60-80 ekor/m2 Jenis pakan : daphnia/kutu air, Cacing tubifek, Tepung ikan, pelet remah.  Untuk pemberian pellet 20% bobot biomass, frekuensi pemberian 4 kali/hari

3)     Pendederan 3 (D3)
Pendederan 3 adalah pemeliharaan benih setelah melewati fase pendederan 2 atau pemeliharaan benih sejak bobot 5 gram hingga mencapai ukuran 4 – 6 cm (silet) dengan berat 20 – 25 gram selama 2 bulan.  Tinggi Air kolam 50-60 cm.  Padat Tebar 50-60 ekor/m2 Jenis pakan : Daphnia/kutu air, Cacing tubifek, Pelet remah/pelet kecil, pemberian pakan pellet 10% bobot biomass, frekuensi pemberian 3 kali/hari

4)     Pendederan 4 (D4)
Pemeliharaan benih 20 – 25 gram hingga mencapai berat 75 – 100 gram dengan ukuran 6 – 8 cm (bungkus korek) selama 2 bulan Tinggi Air 60-80 cm Padat Tebar ± 45 ekor/m2 Jenis pakan : Pelet atau daun-daunan (sente, talas, kajar),  pemberian pakan pellet 5% bobot biomass, frekuensi pemberian 3 kali/hari.

5)     Pendederan 5 (D5)
Pemeliharaan benih 75 – 100 gram hingga mencapai berat 200 – 250 gram, ukuran bungkus rokok 8 – 11 cm, pemeliharaan selama 3 bulan. Tinggi Air 100-125 cm Padat Tebar ± 40 ekor/m2 Jenis pakan : Pelet dan atau daun-daunan, pemberian pakan pelet 4% bobot biomass, frekuensi 3 kali/hari

Persiapan Kolam Pendederan
Ikan gurame termasuk ikan yang tidak banyak gerak, sehingga dengan area yang relatif sempitpun dapat ditebari ikan dalam jumlah banyak.  Kolam pendederan dapat berupa kolam permanent dari beton, kolam tanah, dan kolam terpal.  Persiapan kolam pendederan sebelum ditebari benih antara lain :
1.     Ukuran kolam sebaiknya tidak lebar tetapi memanjang agar pemeliharaan mudah.
2.  Perbaikan pematang/tanggul kolam dan ketinggiannya minimal 10 cm diatas permukaan air dengan menyesuaikan katinggian air pada tahap pendederan.
3.   Pembuatan kowen/lubang/caren/kubangan di dalam kolam yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan benih pada saat panen.  Kowen dibuat dekat pada pintu keluar air, luas kowen 1/8 dari luas kolam, dengan kedalaman kowen 15 – 25 cm.
4.   Pembuatan got yang berfungsi untuk menghubungkan kowen/kubangan dengan pintu masuk air.  Lebar 20 cm, kedalaman got pada pintu air 10 cm kemudian dibuat menurun menuju kowen.  Got dibuat ditengah kolam seolah membelah kolam menjadi dua bagian yang sama.
5.     Dasar kolam rapih, dibuat miring menuju got dan kowen, agar pada saat panen ikan dapat mengalir masuk menuju got dan berkumpul di dalam kowen.
6.     Kolam harus bersih dari kotoran yang bersifat racun
7.     Kolam dikeringkan selama 3hari.
8.     Untuk kolam tanah pengapuran dosis 200 gram/m2 , ditebar rata permukaan dasar kolam, dialiri air dan diamkan selama 2 hari.
9.     Kolam beton dan terpal pengapuran dengan dosis 100 gram/m2  ditebar rata permukaan dasar kolam, dialiri air dan diamkan selama 2 hari.
10.  Pemupukan lebih baik menggunakan pupuk kandang (sebaiknya kotoran ayam kering), untuk kolam terpal dan sejenisnya dosis 450 gram/m2, untuk kolam tanah sebanyak 700 – 1000 gram/m2.  Pupuk dimasukan dalam 3 karung/kantung berlubang kemudian tempatkan pada 3 lokasi terpisah.
11.  Pemasukan air dengan ketinggian menyesuaikan tahapan/fase, dan diendapkan selama 4 hari.
12.  Penebaran probiotik sesuai petunjuk pada label botol, atau 10 ml/m2, diamkan 1 hari.
13.  Penebaran daphnia100 gram/m2 dan bibit plankton, lalu kolam diamkan selama 7 hari hinga plankton dan daphnia melimpah.
14.  Pemasangan aerator, pasang pada 4 sudut dan stel pada gelembung kecil – kecil.
15.  Air dipertahankan mengalir dengan debit sekitar 0,5 liter/menit (kolam terpal/bak beton), untuk kolam tanah disesuaikan dengan kondisi peresapan air ke tanah atau 2 –3 liter/menit.
16.  Kolam mendapat sinar matahari langsung minimal hingga jam 10 pagi
17.  Kolam terlindung dari air hujan, diberi peneduh plastic tembus cahaya.
18.  Pemasangan filter atau penyaring pada setiap lobang pipa pemasukan dan pembuangan air.

Penebaran benih
Sebelum benih gurameh ditebar terlebih dahulu dilakukan pemilihan benih yang berkualitas untuk menjamin kualitas produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu diperhatikan antara lain :
1.       Penebaran benih dilakukan 7 hari setelah pemupukan dan air telah banyak mengandung plankton dengan tanda air telah berubah warna menjadi kehijauan
2.       Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah
3.       Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
4.       Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah.
5.       Warna tidak terlalu hitam,sisik lengkap/tidak ada yang lepas.
6.       Tubuh tidak kaku
7.       Ukuran seragam

Dalam pemeliharaan Pendederan ada beberapa hal yang harus diperhatikan per 2 jam selama 7 hari terutama pada Pendederan I dan II, antara lain adalah:
  1. Kelincahan ikan terjaga (tidak melemah)
  2. Perubahan air (bau, kejenuhan) terjaga
  3. Suhu air antara 25ºC s/d 27ºC, usahakan perubahan suhu tidak melebihi 4ºC (siang 24ºC dan malam 30 ºC).  Jika perubahan suhu lebih dari 4ºC maka ketinggian air dapat dinaikan 10 cm, tergantung fase/tahapan.
  4. Pakan berlebih dan cacing yang mati akan menimbulkan kotoran dan bau, maka sebaiknya dibersihkan.
  5. Jika dasar kolam mulai tumbuh lumut segera dibersihkan, dapat pula kolam diberi keong emas dewasa atau sejenisnya, untuk kolam ukuran 2 x 3m beri 5 s/d 7 ekor keong dewasa.
  6. Sinar matahari yang bagus hanya pagi hari (06.00-10.00) menggunakan penutup dari mulsa yang mudah diatur.
  7. Setelah 7 hari pengontrolan 3x sehari, yaitu pagi, siang dan malam.
  8. Setelah 10 hari pupuk kandang dapat ditambah dengan berat setengah dari dosis awal.
  9. Kolam dapat diberi probiotik susulan sesuai dosis tertera, atau 5 – 10 ml/m2.


Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi/sore hari dengan memperhatikan hal-hal sbb.
  1. Tidak dalam kondisi hujan, akan hujan atau setelah hujan.
  2. Kurangi air kolam sedikit demi sedikit.
  3. Ikan digiring menuju pojok kolam, atau menuju lobang kowen/caren/parit atau menuju ke daerah kolam yang paling dalam.
  4. Di atas kowenan/parit/caren diberi peneduh daun sente/daun pisang atau daun yang bisa mengambang.
  5. Kedalaman air dipertahankan setinggi 20 cm dari dasar kolam paling dalam.
  6. Setelah ikan terkumpul, penangkapan dilakukan dengan pelan dan hati – hati.
  7. Jangan sampai ikan rusak, sisik lepas, atau luka.
  8. Gunakan alat tangkap dari bahan yang halus, atau menggunakan ember kecil, gayung, dll
  9. Jangan menangkap ikan terlalu banyak sekaligus, sebaiknya sedikit sedikit.


Prasarana Pendederan
1.       Pendederan di Kolam
Cara ini bisa diterapkan pada benih yang bobotnya 50 gram dengan tingkat kepadatan 5 ekor/ m2. Pakan buatan berupa pelet diberikan sebanyak 2-3 kali sehari. Takarannya seberat 2% dari bobot badan ikan. Sementara itu, daun talas diberikan sehari sekali, cukup 5% dari bobot badan ikan. Dengan pemberian pakan yang teratur selama tiga bulan dihasilkan ikan seberat 100 gram. Idealnya, kedalaman air kolam antara 60-80 cm dan debit airnya 10 liter per menit.

2.       Pendederan di Bak
Cara pendederan ini sangat ditentukan oleh pengelolaan atau pengaturan air.  Debit air masuk paling tidak 1 liter/menit dapat menggunakan keran air sehingga debitnya dapat disetel, untuk penggunaan pemasukan air dapat menggunakan pipa paralon atau selang ukuran ½ inci.  Untuk pipa pembuangan air dapat menggunakan pipa paralon ukuran yang lebih besar, dapat menggunakan ukuran 1 inchi, hal ini dimaksud agar memudahkan dalam pengurangan air saat ikan akan dipanen.  Posisikan kolam agar mendapat cahaya matahari minimal 4 jam per hari, sebaiknya diberi atap plastic transparan.  Jika perbedaan suhu pada siang hari dan malam hari sangat jauh/signifikan maka sebaiknya ketinggian air ditambah 10cm dari ketentuan awal.  Bahan baku bak pendederan bisa terbuat dari beton, fiber, atau terpal. 

3.       Pendederan di Keramba Jaring Apung.
Keramba jaring apung (kejapung) bisa dipasang di kolam tanah yang luas,  dengan ukuran jarring 2 x 4 m2 ketinggian 125 cm, sedangkan diameter lubang jarring disesuaikan dengan ukuran ikannya.  Pemasangan sebaiknya di pinggir kolam menggunakan patok kayu atau bamboo pada setiap ujung jarring dan pada bagian tengah jarring yang panjang diberi patok pula sehingga total patok terpasang sejumlah 6 patok.  Pada bagian dasar jarring diberi pemberat sehingga dasar jarring tidak mengapung.  Setelah pemasangan jarring selesai, pada bagian tengah jarring diberi pupuk kandang (kotoran ayam) seberat 500gram, dengan cara pupuk dimasukan ke kantong yang berlubang kemudian diikatkan ke dua patok yang ada di tengah jarring.  Kantong pupuk diposisikan agak mengapung di tengah jaring. 

Semoga bermanfaat


Kamis, 18 April 2013

Penetasan Telur Gurameh Simpel, Gampang dan Berhasil

 

Proses penetasan telur dilakukan untuk mendapatkan larva ikan sebesar beras (1cm), setelah berumur kurang lebih 13 – 15  hari. Telur gurameh berbentuk bulat dengan ukuran diameter sekitar lebar : 2mm.  Telur yang sehat berwarna kuning bening (transparan) sedangkan yang berwana kuning kusam (tidak tembus pandang) adalah telur yang tidak sehat atau mati dan segera dibuang. Telur ikan  gurameh yang baik tidak tenggelam serta tidak bersifat adhesif. Segera setelah keluar dari induknya telur akan melayang bebas didalam sarang.  Telur gurami akan menetas dalam selang waktu 36 – 48 jam sejak terjadi pembuahan/pemijahan.

Yang perlu diperhatikan secara teknis yang simple dlm pemeliharaan dan penetesan telor adalah:

  • Air dalam wadah penetasan harus bersih
  • Kedalaman air 20 cm
  • Suhu ruangan antara 33 - 37 derajat celcius
  • Telur yang tidak dibuahi atau mati atau tidak menetas harus dibuang
  • Telur akan menetas setelah 2 – 3 hari dengan suhu 27 -28 0C
  • Larva berada pada bak penetasan selama selama 10 hari
  • Setelah itu dipindahkan kedalam bak pendederan

 

Persyaratan penetasan telur dan pemeliharaan larva yaitu air harus bersih dan jernih serta suhu udara dan suhu air harus stabil tidak berfluktuasi. Penetasan telur dan pemeliharaan larva merupakan priode masa kritis sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati-hati.  Penetasan telur gurami bisa dilakukan di kolam pemijahan, kolam penetasan, juga bisa di tempat lain yang di sediakan. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berbagai tempat penetasan telut berikut ini.

 

 

A.         Penetasan Cara Tradisional

a.             Penetasan di Kolam Pemijahan

Penetasan di kolam pemijahan dilakukan tanpa mengangkat induk gurami maupun sarang yang sudah berisi telur. Kehadiran induk gurami diperlukan untuk menjaga dan merawat telur dan larva. Agar terlindung dari hujan dan terik matahari, sebaiknya diberi peneduh atap plastic di atas sarang tetsebut.  Penetasan di kolam banyak kekurangannya, karena di kolam tersebut biasanya banyak predator ikan – ikan kecil lainnya atau hewan lain yang bersifat predator yang akan masuk ke sarang dan memakan telor.  Selain itu kolam tidak dapat dikontrol kondisinya rupa karena petani tidak bisa segera memakai kolam untuk memijahkan pasangan yang lainnya. diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk memelihara larva di kolam pemijahan. Selama dalam kolam pemijahan, benih ikan diberi pakan berupa rayap, tepung bungkil kacang tanah, bubuk pakan buatan, dan serangga-serangga kecil.

 

b.            Penetasan telur dikolam

Penetasan telur gurami dilakukan pada kolam berukuran 100 m2 dengan kedalaman air 30-40 cm. Dikolam ini dapat ditempatkan telur gurami maksmal sampai 4 sarang (sekitar 30.000 butir telur). Sebelum diisi telor sebaiknya kolam penetasan diolah terlebih dahulu, pengolahan kolam penetasan paling tidak sebagai berikut ini:

1.       Perbaikan pematang, pematang dibuat sebaiknya ketinggian 60cm, ketebalan 50cm.  Usahakan.

2.       Pada pipa pemasukan dan pipa pengeluaran diberi filter berupa kain strimin yang halus.

3.       Pada dasar kolam dekat pipa pembuangan dbuat bak atau kolam kecil ukuran 2cm x 2cm kedalamam 20cm dan pada pinggiran bak dibuat pematang dengan ketinggian 20cm, Pada pipa pembuangan diberi filter kain kasa atau strimin agar telor tidak terbawa arus keluar kolam.  permukaan bak diberi atap agar terjaga dari curahan air hujan.

4.       Bak kedua dibuat dekat pada pipa pembuangan air dengan ukuran 1 x 1cm kedalaman 10 cm tanpa ada pematang.

5.       Pembuatan kowen/caren/selokan yang menghubungkan kedua bak, dengan lebar 30cm dan kedalaman menyesuaikan kedalaman kedua bak, pada bak dekat pipa pembuangan diberi penyaring berupa kain strimin atau kasa tipis sebagai filter.

6.       Meratakan dasar kolam, usahakan dasar kolam dibuat serapih mungkin dan serata mungkin, miring menuju ke arah kowen/caren/selokan dan kedua bak.

7.       Penerbaran dolomite pada semua permukaan tanah hingga rata

8.       Aliri air dengan pelan hingga semua kolam tergenang air mencapai ketinggian 10cm, biarkan tergenang selama 4 hari, lalu dibuang airnya biarkan kering selama 1 atau 2 hari.

9.       Isi air lagi hingga kedalaman pada kolam dekat pipa pembuangan mencapai kedalaman 15cm, biarkan tergenang hingga 2 hari.

10.     Masukan telor pada bak dekat pipa pembuangan, pastikan pada bak tersebut tidak ada yang bocor atau berlubang.

11.     Pada hari ke-empat kolam di beri pupuk, tempatkan pupuk kandang pada 5 tempat berbeda dengan cara di onggokan seperti gunung pasir hingga ketinggian pupuk sekitar 45cm.

12.     Pada hari ke 10, naikan ketinggian air pematang pada bak yang terisi telor  tidak tergenang. Biarkan selama 4 hari, tunggu hingga air berubah warna kekuningan atau kecoklatan.

13.     Pada hari ke 14 naikan air hingga pematang bak tergenang semua dan lepaskan ikan yang berada dalam bak keluar.

14.     Air kolam dijaga stabil alirannya dan agar terus menerus mengalir dengan debit 4L /detik. Pada waktu proses penetasan telur gurami,

15.     Empat minggu kemudian benih dapat dipindahkan ke kolam pendederan selanjutnya dengan cara dihanyutkan melalui pipa pembuangan yang menghubungkan dengan kolam pendederan yang selanjutnya. 

 

B.         Penetasan Cara Intensive

Proses penetasan telur dilakukan dalam wadah yang ditempatkan di dalam ruangan yang terlindung dari pengaruh perubahan cuaca, curah hujan, angin, perubahan suhu, dan hama predator.   Perawatan telur dengan padat tebar 4 – 5 butir/cm2 dengan kedalaman air 10 – 20 cm dan pemberian aerasi kecil pada suhu 29 – 30 O C, pH 6,7 - 8,6.  Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang. 

Larva ikan gurami yang baru menetas akan terapung dengan bagian perut berada di sebelah atas.  Dalam fase ini terjadi pembentukan baik organ dalam tubuh maupun luar sehingga perlu perlakuan yang sangat hati-hati supaya tidak menyebabkan kerusakan fisik maupun kematian.  Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam setelah dilepaskan induknya.

Pemeliharaan larva di dalam wadah khusu selama 8-12 hari, atau dengan melihat perubahan telur dari warna kuning menjadi kehitam hitaman. Biasanya pada waktu ini tengah ada tanda gerakan dan mulai lincah bergerak serta peka terhadap gerakan tangan.  Selama 8-11 hari, lakukan penggantian air di bak sebanyak 3-4 kali. Aturan penggantian air yaitu dengan mengurangi 2/3 banyaknya air lalu ditambah lagi dengan jumlah yang sama.

Catatan :

·                 Bak dan peralatan harus dijaga sterilnya

·                 Air sumur, jernih, tidak berbau (persiapkan selama kurang lebih 3 hari sebelum telor dimasukan)

·                 Pengambilan telur yang mati dan lemak yang ditimbulkan pagi dan sore hari

·                 Ganti air bila sudah keruh

. 

Apabila perubahan suhu sangat signifikan dan drastis (fluktuatif) dalam artian perubahan melebihi 5°c maka perlu dipasang alat penstabil suhu atau heater, dan setel pada suhu 27°-28° Celcius.  Selama penetasan aerator dioperasikan dengan gelembung yang kecil dan pelan agar oksigen terlarut stabil,  hal ini juga bertujuan untuk mencegah telur menempel satu sama lain.  Setelah 36-48 jam larva mulai menetas, terlihat adanya perubahan bentuk dari bulat menjadi oval/lonjong berekor.  Walaupun tampak lemah, sesekali larva tampak bergerak-gerak.  Telur yang tidak menetas berubah dari kuning bening menjadi kuning seperti kuning telur dan keruh. 

Buanglah telur yang tidak menetas dan sisa cangkang dengan menyiphonnya menggunakan selang kecil.

 

a.             Penetasan Telur di Paso

Paso adalah wadah berbentuk bejana yang terbuat dari tanah dan berpori sehingga suhu di dalamnya lebih stabil. Diameter paso yang dipakai sekitar 50 cm dan kedalamannya 25 cm. Paso-paso tersebut diapungkan di atas kolam. Agar suhunya lebih stabil, letakkan di bawah naungan. atau saung yang diberi atap. Isi paso dengan air, kira-kira sebanyak 10. liter air. Setelah tahap persiapan di atas selesai, angkat sarang buatan dan letakkan di dalam paso. Buka sarang di dalam paso dengan hati-hati. Semua proses tersebut, usahakan selesai dalam waktu yang singkat. Air di dalam paso diganti setiap dua hari sekali. Proses penggantiannya dengan cara menutup air di permukaan paso dengan kain halus. Buang air yang ada diatas permukaan kain halus tersebut dengan menggunakan selang kecil secara perlahan-lahan.Sisakan air, kira-kira seperempat paso. Lalu isi lagi paso dengan air baru sedikit demi sedikit. Pemeliharaan larva kira-kira memakan waktu 8 hari. Selama itu juga, larva tidak perlu diberi pakan..

Pertamakali yang perlu dipersiapkan adalah paso-paso yang bersih dan telah direndam diair beberapa hari.

b.            Penetasan dalam akuarium

Penetasan telur ikan gurame dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 30 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; masukan telur yang sudah dibersihkan; penetasan akan berlangsung selama 10 hari; pada hari kelima sebagian airnya dibuang dan diganti dengan air baru; panen larva atau beni dengan sekup net dan siap ditebar ke kolam pendederan I. Aquaraium ditempatkan dan diatur sedemikan rupa sehingga memungkinkan mendapat sinar matahari pagi namun terbebas dari terik sinar matahari siang. Jika kita memakai aquarium bisa menggunakan air sumur yang sudah didiamkan sehari semalam. Ketinggian air 20 cm. Dengan aquaraium kita dapat menempatkan aerator sebagai sumber pensuplai oksigen

 

c.             Penetasan dalam baskom plastik

Saya cenderung menetaskan gurameh dengan menggunakan bokor/bak/ember hitam diameter 60 cm tinggi 20-25cm, mengapa menggunakan tempat berwarna hitam atau gelap?  Hal ini dipilih karena untuk menyesuaikan salah satu sifat ikan gurameh yang cenderung lebih sensitive terhadap perubahan cahaya.  Dengan menggunakan bokor/ember hitam diharapkan larva gurameh lebih tenang tidak mudah stress sehingga pertumbuhannya dapat terjamin.

Caranya : siapkan sebuah baskom plastik besar (volume 20 liter); keringkan selama 1-2 hari; isi air (air sumur ditambah air kolam 50%) setinggi 20 cm; masukan telur dari sebuah sarang yang sudah dibersihkan dari sampah dan telur-telur yang busuk; penetasan akan berlangsung selama 2-3 hari sejak guramih bertelur; pada hari kelima sebagian airnya (30%) dibuang dan diganti dengan air baru; pada hari ke 13-14 panen larva atau benih dengan sekup net dan siap ditebar ke kolam pendederan I.

 

PAKAN LARVA

Telur selama umur 0 s/d 11 hari larva menghidupi dirinya sendiri dengan cadangan makanan yang tersedia dalam kantung telur (yolk sack), dan ditempatkan pada akuarium yang aliran airnya diam, dua hari sekali 35% air diganti dengan air yang telah dikondisikan dengan hati - hati.  Aerator dan heater boleh dipasang (optional).  Selama 0 s/d 12 hari ikan tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai cadangan makanan (kuning telur).  Setelah kantung telurnya kempes (7-10 hari), barulah ikan diberi pakan berupa kutu air (moina dan daphnia) yang mudah dibudidaya di kolam atau artemia kutu air import.


KESIMPULAN

Berdasarkan pengalaman penulis, lebih mudah dan menguntungkan menggunakan cara penetasan telur guramih secara intensive di dalam ember/baskom. Karena ada beberapa keuntungan dibandingkan menggunakan cara lainnya, antara lain:

1.    Keamanan lebih terjaga (predator dan hewan pengganggu)

2.    Kebersihan lebih terjaga 

3.    Suhu air lebih terkontrol

4.    Mudah di pindah-pindahkan



Demikian yang dapat saya tulis, beberapa diantaranya berdasarkan pengalaman pribadi setelah lebih dari 10 tahun dalam dunia perguramihan.  Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini, untuk tahapan selanjutnya yaitu pendederan larva guramih dapat dibaca di blog selanjutnya.Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Terima kasih